Tuesday, May 21, 2013

Intuisi


Gambar dipinjam dari sini


Beberapa hari ini saya terhenyak. Takjub dengan apa yang saya pikirkan dan kemudian terjadi. Rasanya seperti tidak masuk akal. Semacam ada connect antara hati, pikiran dan kenyataan. Mungkinkah sesuatu ini yang disebut dengan intuisi ? Entahlah, bisa jadi dan mungkin seperti itu.

Ceritanya begini. Suatu hari, secara tiba-tiba saya membatin seseorang  yang biasa belanja di toko saya. Katakanlah dia seorang customer yang loyal dengan toko saya. Saya hanya membatin, kok orang itu, sebut saja namanya pak S, sudah lama tidak kelihatan untuk belanja ban di toko saya, ya. Padahal pak S ini termasuk rajin membeli ban untuk kemudian dikreditkan lagi kepada orang lain. Hampir tiap minggu selalu order barang, tapi ini sudah kurang lebih 3 minggu, pak S tidak kelihatan batang hidungnya, jadi wajar saya bertanya-tanya berharap stok ban saya bisa berkurang dengan segera hehe..Selang berapa menit saya membatin, tit..tit..ada bunyi sms yang masuk. Ajaib. Sms dari pak S yang menanyakan apakah ada stok ban yang akan dibelinya. Dan langsung saya jawab ada, lalu transaksi pun terjadilah. Saya masih menganggap ini suatu kebetulan saja. Pas saya mbatin, pas dia butuh ban. Itu saja.

Lalu, masalah dengan  pak S selesai, saya tidak memikirkannya lagi. Saat saya sedang di kamar, tiba-tiba teringat tentang pajak PBB apakah saya sudah membayarnya tahun ini. Saya tidak tahu persis bulan apa saya harus membayar jika tidak melihat struk bukti pembayarannya. Hanya sekilas lalu saya membatin dan tidak ada inisiatif dari saya untuk mengecek struk itu. E..lha kok pagi harinya saat saya jaga toko, datang petugas dari desa yang biasanya membayarkan PBB. Baru dua kali ini saya didatangi petugas ini, karena sebelumnya saya membayar PBB sendiri di kantor kecamatan. Lha kok bisa pas gitu. Pas saya mbatin, pas tagihan datang. Semacam ada kontak batin dengan orang itu padahal sebelumnya saya belum pernah ketemu, wong yang tahun kemarin berurusan dengan suami saya. Saya masih menganggap ini sebagai suatu kebetulan.

Lalu lagi, saya masih bingung menimbang mau order barang kemana. Ada dua pilihan suplier berdasarkan pertimbangan ini itu. Lalu saya memutuskan untuk menelpon salah satu dari dua suplier tersebut. Katakan ada A dan B, lalu saya memilih B untuk ditelepon. Baru berpikir untuk menelepon lha kok mak jegagik mak bedunduk handphone saya bunyi, dan tahukah Anda ? Si B menelepon dan menanyakan apakah ada orderan barang dari toko saya. Padahal selama ini B jarang menelepon, kecuali saya yang telepon duluan. Wow..takjub dan heran saya. Kebetulan yang aneh..

Kejadian semacam ini seringkali terjadi dan saya seringkali kaget-kaget sendiri. Namun seringnya saya tidak terlalu memikirkannya secara dalam. Saya pikir ini hanya suatu kebetulan saja. Namun, makin lama kejadian ini semakin mengusik pikiran saya ketika pernah suatu waktu saya seperti mendengar kata hati saya untuk tidak lewat jalan yang biasa saya lewati, lebih baik lewat jalan lain. Kadang saya menuruti, kadang saya abaikan juga. Dan entah (lagi-lagi) karena kebetulan atau bukan ternyata ada sesuatu yang terjadi di jalan itu. Entah ada kecelakaan atau pas ada razia polisi di saat saya lupa bawa SIM atau STNK. Dan seringnya, saya diselamatkan oleh kata hati saya. Wuah..enak ya, kalo saya bisa selalu ngeh dengan intuisi saya. Tapi lagi-lagi, saya kurang peka menanggapinya. Saya selalu menganggapnya biasa saja layaknya angin lalu, bukan sesuatu yang cetar membahana.

Intuisi ini juga bisa menjadi petunjuk saat saya kebingungan mencari-cari suatu barang saya yang hilang. Waktu itu saya kebingungan mencari jepit rambut saya yang hilang. Cuma jepit rambut, tapi saya bisa linglung mencari karena ini menyangkut kerapian rambut saya, halah alesan..lebay abis huahahahah..segala sudut kamar sudah saya jelajahi dan hasilnya nihil. Kadang-kadang saya ini lupa akut menaruh barang dimana, lalu blingsatan mencari-cari dan membuat sibuk semua isi rumah. Lalu tiba-tiba saya seperti dikasih tahu hati saya, coba lihat di bawah bantal kursi. Saya masih ngeyel, nggaklah, kayaknya saya nggak habis duduk disitu. Coba aja lihat dulu, kata hati saya. Lalu saya mencoba nurut. Dan tarrraaaa..jepit rambut saya ngejogrok manis di bawah bantal kursi. Aih..kenapa bisa sampai disini ? Mungkin seseorang menyembunyikannya atau saya sendiri yang lupa naruh. Ah, sudahlah, yang penting soulmate rambut saya sudah ketemu. Oke, sip..

Kata hati saya juga selalu bicara jika saya bertemu dengan seseorang untuk pertama kalinya. Semacam alarm, hati saya akan mengirimkan sinyal negatif jika seseorang ini punya niat yang tidak baik terhadap saya. Semacam ada aura yang menolak terhadap maksud dan tujuan orang ini. Lain halnya jika orang itu baik, tubuh saya kasih clue positif   sehingga saya merasa nyaman saja saat berhadapan dengan orang itu. Entahlah, dan itu semua biasanya terbukti dengan sendirinya seiring perjalanan waktu, cepat atau lambat. Aneh, ya..

Ah, kalau dipikir-pikir apalagi jika dihubungkan dengan logika, semua ini rasanya tidak masuk akal. Namun, saya selalu terombang-ambing oleh rasa antara percaya dan tidak. Ragu-ragu itu selalu muncul saat saya harus memutuskan sesuatu. Jadi seringkali, saya harus merenungkan sesuatu secara mendalam jika akan mengambil suatu keputusan yang cukup besar. Kira-kira bagaimana nih, dan jika ternyata semuanya tidak sesuai dengan yang diharapkan biasanya saya hanya bilang, nah kan..pasti begini jadinya, ngeyel sih, dulu nggak mau nurut kata hati..bla..bla..dan bla..bala..bla..

Emang gampang-gampang susah ya..Seringkali, intuisi ini muncul secara tidak sengaja. Jika saya sengaja pengin intuisi itu ada, malah nggak muncul sama sekali. Andai saya bisa melihat sesuatu di masa depan, tentu saya akan memilih yang baik-baik saja. Dan jika saat ini saya bisa membatin sesuatu keinginan saya untuk kemudian bisa menjadi nyata, hari ini saya mbatin ingin pergi ke Amerika dan esok hari tiba-tiba ada yang memberi tiket gratis ke Amerika liburan bareng keluarga. Wuahaahahah..maunya...

7 comments:

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  2. Kulunuwun, iseng-iseng komen.

    Setelah saya amati kronologisnya, ternyata bukan membatin itu yang kemudian menjadi nyata, tetapi sebaliknya: nyata itu yang teradar oleh pikiran. Niat dari seseorang di sana kepada kita, itu bisa sampai duluan sebelum orangnya datang kepada kita. Maka lalu muncul membatin itu. Cepat tidaknya niat orang sampai ke kita, tergantung radar pikiran kita. Jadi, weruh sakdurunge winarah. Tapi ada juga yang sudah berulang-kali diberitahu di depan mata, tetap tidak bisa menangkap juga. Tidak paham juga. :D

    Makanya kalau disengaja membatin, ya gak bisa menyata. Karena kenyataannya memang tidak ada.

    Salam,
    Dasa

    ReplyDelete
  3. mongggoooo..., mas Dasa..pinarak.. :)
    ooohhh..gitu ya...jadi weruh sakdurunge winarah..hm..*manggut2..
    yup, bisa jadi begitu..makasih masukannya.. :D

    ReplyDelete
  4. Permisi... salam kenal...
    Sekedar ingin sharing.....
    Pengalaman sy kok sama ya dengan Anda... sering sekali terjadi hal seperti itu bahkan mulai sy kecil. Hanya saja waktu itu sy tdk terlalu menggubris. Baru setelah gede ini bikin kepikiran. Bikin khawatir juga ... kira2 bisa dikurangi tidak ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. salam kenal juga mba Nurul..selama tidak merugikan sih buat saya fine-fine aja sih mba.. :D

      Delete
  5. Sayapun sering mengalami hal yg sama.Yg terparah pagi ini,sy kapan hari marah pada teman kantor yg benar2 jahat pada saya.Saya batin aja udah jahat suka pamer pula barang hutangan aja sombongnya minta ampun.Kamis sore kemarahan puncak saya,Jumat salah satunya kehilangan HP baru dan yg satunya pagi ini masuk kantor dengan luka2 kecelakaan motor baru.Masyaallah...untuk yg kesekian kali omongan saya menjadi nyata.

    ReplyDelete
  6. Orang jahat pasti ketemu karmanya, mba Nala..tetap berbuat baik yaa.. :)

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...