Thursday, March 17, 2011

ATM...Oh...ATM...


Gambar diambil dari sini
Suatu hari, saya harus mentransfer sejumlah uang kepada saudara saya di bank yang saya tidak punya rekeningnya. Katakanlah, nama bank-nya Munduri ( sengaja namanya saya samarkan supaya tidak ada iklan hehe..), sedangkan rekening yang saya punya adalah bank ABC.


Ada 3 cara yang bisa saya lakukan agar uang saya sampai kepada saudara saya :

Pertama, saya langsung ke bank Munduri dan mentransfer uangnya ke nomor rekening yang dimaksud

Kedua, transfer melalui ATM Munduri orang lain, saya tinggal kasih uang cash-nya

Ketiga, transfer melalui ATM ABC saya, yang berarti transfer antar bank, kena biaya administrasi lumayan plus segala prosedural termasuk melalui proses kliring dan lain sebagainya, alias akan lama sampainya

Karena ini termasuk keperluan mendesak / urgent, yang mana uang harus segera diterima saudara saya sore itu juga, maka langkah pertama tidak mungkin bisa dilakukan karena bank sudah tutup. Langkah ketiga jelas tidak bisa karena efisiensi waktu yang tidak memungkinkan. Maka satu-satunya cara adalah dengan langkah kedua. Pertanyaannya, pakai ATM siapa ?

Maka saya menginterogasi teman-teman kerja saya di waktu yang sempit. Dan hasilnya, dari 15 teman kerja saya, hanya ada 1 orang yang punya ATM Munduri, tapi rekeningnya sudah lama tidak ada dananya, dan teman saya curiga rekening itu sudah mati alias tidak aktif lagi. Alamak, sami mawon to..

Terpaksa, tak ada cari lain selain mencari target yang punya ATM Munduri siapapun dia. Segera saya ambil keputusan, mengajak beberapa teman saya yang mau menemani ke mall yang tidak jauh dari tempat kerja saya waktu itu. Lumayan, ada 4 orang yang mau ikut hehe..

Modus operandinya jelas, nongkrong di depan ATM Munduri dan minta tolong kepada siapa saja yang mau ataupun yang sudah melakukan transaksi di ATM tersebut. Kebetulan, disana ada beberapa ATM bank lain-lain yang tidak terlalu ramai. Dan kebetulan pula ATM Munduri masih sepi dari nasabah. Intermezzo. ATM singkatan dari Anjungan Tunai Mandiri, tapi ada juga yang maksa main plesetan Ambil Tendili Money-nya..hihi..

Setelah menunggu beberapa menit, ada seorang perempuan muda masuk ke ATM Munduri. Saya dan teman-teman girang seketika. Harap-harap cemas menunggu orang itu keluar dari ATM, kemudian saya cegat dan mulailah saya mengutarakan niat saya untuk minta tolong ditransferkan uang melalui ATM Munduri karena saya tidak punya rekening Munduri , sambil menunjukkan sejumlah uang yang harus ditransfer dan no rekening saudara saya yang ada di inbox HP saya. Eh..si mbak malah ketakutan dan langsung ngibrit pergi tanpa basa basi. Saya bengong. Teman-teman saya ketawa. Mungkinkah tampang saya mirip penipu ? Sepertinya tidak..manis gini loh..hihi..

Apa boleh buat, saya menunggu lagi. Ternyata teman-teman saya hanya jadi penggembira saja, bukannya ikutan meyakinkan target malah menertawakan saya dan mereka mulai nggak pede dengan usaha saya. Payah..

Tak lama, ada seorang bapak-bapak masuk ATM dan jelas mata saya mulai beraksi lagi. Segera saya memulai usaha sama seperti tadi, eh..si bapak malah melototi saya curiga, dan langsung buru-buru pergi. Waduh, lebih sadis, dikiranya uang yang saya bawa palsu apa ? Susah amat sih..

Kemudian, ada seorang ibu-ibu dan saya mulai melancarkan aksi serupa, tapi si ibu dengan ringan menjawab bahwa dia nggak ada dana lagi di ATM-nya. Masa sih..cuma seratus ribu aja nggak ada ? Takut kena hipnotis ya, bu ? Emang saya bisa hipnotis orang ? Hm..baiklah..

Saya tetap berusaha lagi. Keukeuh pokoknya, masa nggak ada yang mau sih. Kan saya sudah ngomong baik-baik, sopan dan minta tolong. Apa iya nggak ada yang mau menolong ? Curiga sih boleh, tapi liat-liat orang dong, apa iya saya ada tampang kriminal ? Innocent gini kok, saya mulai nggak sabar. Hrrrr...

Teman-teman saya mulai menunjukkan wajah bete. Mulai malu ditatap dengan tatapan curiga dikiranya kita kawanan penipu. Saya juga mulai keder mentalnya. Tapi niat saya harus kesampaian. Lha wong nggak ada niat jahat kok, cuma minta tolong, apa salahnya ?

Harapan saya mulai timbul tenggelam saat ada seorang pemuda yang keluar dari ATM yang kemudian saya samperin lalu mulai menyampaikan niat saya. Saya sampai hafal dengan kata-kata yang sama diulang beberapa kali, bedanya sekarang, tampang saya lebih memelas. Si mas memandang saya, mencoba meyakinkan kemudian tanpa ngomong apa-apa, mengambil uang dan HP di tangan saya kemudian masuk kembali ke dalam ATM. Saya sedikit lega. Paling tidak, ada secercah harapan. Tak lama kemudian si mas muncul memberikan struk bukti bahwa transfer telah berhasil dilakukan sambil mengembalikan HP saya. Fiuhh..akhirnya. Saking senangnya, saya sampai tidak ingat berapa kali saya mengucapkan terima kasih. Si mas cuma tersenyum cool dan berlalu begitu saja. Bagaikan malaikat bayangan saja hehe..

Saya jadi ingat, beberapa tahun yang lalu saya juga pernah mengalami kejadian seperti ini. Waktu itu, saya baru selesai ambil uang di ATM ABC, tiba-tiba ada seorang perempuan muda nyamperin saya mengatakan bahwa dia nggak punya rekening ABC dan harus mentransfer uang ke saudaranya. Dia menyodorkan uang 300 rb dan nomor rekening yang ditulis di kertas. Saat itu, saya langsung mengiyakan tanpa babibu. Intuisi saya mengatakan, dia orang baik-baik dan saya kasihan padanya sehingga mau menolongnya. Padahal logikanya, ATM ini ada di depan Bank yang masih buka kerena siang hari. Bisa saja kan dia masuk ke bank dan transfer begitu saja. Malas antri dan ada biaya administrasi ? Mungkin saja itu alasannya, tapi sayangnya, saya tidak tanya lebih lanjut. Dan lagi, saya tidak punya pikiran macam-macam apakah uang ini palsu atau saya kena hipnotis. Positif thinking pokoknya. Dan ternyata, mbak itu mengucapkan terima kasih yang tulus dan uangnya bisa saya pakai buat beli ini itu tuh..berarti nggak palsu kan ?

Memang, nggak gampang menaruh kepercayaan kepada orang lain apalagi dengan orang yang belum kita kenal sama sekali. Yang kenal saja bisa nipu kok, apalagi yang baru ketemu. Dan, seringkali pula, penampilan bisa menipu. Sepertinya rapi, wangi..eh..bawa kabur uang. Sepertinya preman eh..nggak tahunya berhati roman. Kalau sudah begini, saya cuma mengandalkan apa kata hati. Kalau hati bilang tidak, maka saya akan menggeleng. Kalau kata hati bilang iya, mengangguk lah..

Saya jadi berpikir, kalau dulu saya menolak menolong si mbak itu, bisa jadi si mas itu juga nggak mau menolong saya. Apa iya, ya..adakah hukum karma itu ? Mungkin..
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...