Friday, February 26, 2010

Ketika Pernikahan hanya sekedar “Legalisasi Prostitusi”


Istilah “Legalisasi Prostitusi” ini saya adopsi dari celetukan kakak saya yang berprofesi sebagai seniman saat berbincang-bincang ringan dengan teman-temannya. Lama kata-kata ini mengendap di alam bawah sadar saya, sehingga menggelitik saya untuk mencoba mencerna maknanya. Apa iya, waktu itu saya hanya menganggap angin lalu dan ucapan gila semata. Tapi kemudian saya berpikir, mungkin inikah jawaban akan maraknya nikah siri, kawin kontrak dan poligami ? Entahlah..

Ketika suatu pernikahan terjadi untuk suatu tujuan tertentu tanpa dilandasi rasa cinta, ini menjadi tanda tanya besar. Fenomena apa yang sedang terjadi ? Apakah hanya sekedar tameng untuk menghindari cemoohan masyarakat karena tingkatannya sedikit lebih terhormat dari sekedar ‘kumpul kebo’ saja ? Atau hanya sekedar penyaluran nafsu syahwat untuk jangka waktu tertentu, tanpa ada keinginan untuk memperpanjangnya hingga akhir hayat ?

Waktu saya tinggal di daerah perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat, saya sering mendengar ada kawin kontrak yang terjadi antara gadis desa dengan orang Barat / luar negeri yang sedang bekerja di Indonesia. Mereka menetapkan jangka waktu pernikahan itu dan ada semacam perjanjian jika suatu saat suami telah habis kontrak masa kerjanya di Indonesia dan harus kembali ke negara asalnya, maka otomatis status pernikahan mereka pun berakhir.

Keuntungan bagi si istri yang orang lokal adalah tercukupinya kebutuhan materi selama kawin kontrak, bahkan tak jarang dari mereka yang menjadi kaya mendadak. Sedangkan bagi suami orang luar, mereka tidak perlu ‘jajan’ untuk memenuhi hasrat seksualnya karena sudah ada istri sementara yang melayani. Tak jarang, mereka sudah punya istri di negara asalnya. Dan ini terjadi hampir di kota-kota kawasan industri, di kebanyakan kota besar. Hm...apa mau dikata kalau sudah begini. Yang bersangkutan tidak menjadikan ini sebagai beban kok.

Tapi, sebagai manusia tentunya menyadari banyaknya pemikiran yang beragam. Setiap tindakan yang kita lakukan, baik ataupun buruk, semuanya mengandung resiko atau hukum sebab-akibat. Jangan heran jika kemudian muncul banyak pendapat pro dan kontra. Itu wajar saja. Namanya hidup sebagai makhluk sosial, tentunya banyak visi dan misi. Dan tidak mungkin jika kita menyatukan semua pendapat yang berbeda-beda menjadi satu pendapat yang sama. Betul, tidak ?

Contohnya saja saat kita rapat untuk membahas suatu permasalahan, pasti akan banyak muncul ide-ide dan pendapat yang berbeda-beda. Sebagai pemimpin rapat, sudah sewajibnya mencoba mengambil jalan tengah untuk mencapai kesepakatan bersama atau yang disebut kata mufakat. Tentunya dibutuhkan hati yang besar untuk bisa menerima pendapat orang lain. Banyak lho, di depan forum kelihatannya mengangguk-angguk setuju terhadap hasil yang dicapai, di luaran bicara yang macam-macam. Sampai memprovokasi untuk memboikot segala. Waduh..

Sebenarnya pernikahan itu apa sih ? Tentunya kita mempunyai pendapat sendiri berdasarkan keyakinan dan agama yang kita anut masing-masing. Yang pasti, tujuan pernikahan itu baik, untuk menyatukan dua pribadi yang berbeda, meneruskan keturunan, menjadikan teladan dan pastinya saling mendukung untuk hal yang baik-baik. Istri harus tunduk kepada suami, dan suami harus menghargai istri. Masing-masing mempunyai peran yang sama pentingnya. Dan harusnya setiap suami istri harus mengingat dan menjalankan janji apa yang telah diucapkan didepan pemimpin agama dan saksi dahulu.

Menurut saya, pernikahan itu sakral dan agung, jelas bukan untuk main-main karena sudah berani bersumpah atas nama Tuhan. Harus memikul tanggung jawab, apalagi jika sudah mempunyai anak. Sebagai orang tua, sudah sewajarnya bertanggung jawab untuk masa depan anaknya. Itu konsekuensi yang dipilih.

Karena itu, sebelum menikah hendaknya benar-benar dipikirkan bagaimana calon pendamping yang terbaik bagi kita. Tidak ada manusia yang sempurna, tapi bagaimana kita bisa berpikir untuk menerima segala kelebihan dan kekurangan pasangan kita. Dan yang paling penting, kita harus bisa menyamakan visi dan misi dengan pasangan dalam membangun rumah tangga. Memang tidak gampang pada prakteknya, tapi kita harus membangun pondasi yang kokoh jika tidak ingin hubungan yang kita bina ambruk di kemudian hari.

Jadi, hendaknya pernikahan jangan hanya sekedar ‘legalisasi prostitusi’ saja..karena pernikahan tidak melulu untuk urusan seks saja. Banyak hal yang tak kalah penting yaitu tentang bagaimana kita belajar membangun relationship dengan pasangan, bagaimana menata emosi, bagaimana menyikapi keterkejutan akan perubahan karakter pasangan setelah menikah, bagaimana menjalin relasi yang baik dengan keluarga besar pasangan, bagaimana dan bagaimana yang lainnya yang tidak akan habis untuk dibahas.
Menikah itu jangkauannya luas. Kita tidak hanya menikah dengan pasangan saja, tapi juga dengan keluarga besarnya. Itu yang perlu kita renungkan. Kalau kita merasa yang paling benar, dan semua orang merasa paling benar, tentunya tidak akan ada titik temu. Jadi biarkan pikiran kita terbuka dan biarkan memilah mana yang baik dan yang buruk. Satu hal yang penting, biasakan untuk berpikiran positif seburuk apapun keadaannya ( walah, sok jadi Mario Teguh nih..hehe..)

Wednesday, February 24, 2010

Duka Lara Wanita Yang Diperkosa..



Matanya menatapku kosong, tidak lagi berbinar seperti dulu. Keadaannya cukup memprihatinkan dengan wajah dan tubuh yang tidak terawat. Ya, Tuhan..inikah Asih yang kukenal dulu ? Hampir tak kukenali lagi sosoknya. Bicaranya sudah tidak beraturan lagi, sebentar menangis, sebentar tertawa dan sebentar kemudian melamun dan bersikap seperti ketakutan melihat laki-laki.

“Asih..Asih..,” berkali-kali aku memanggilnya. Dia sudah tidak mengenaliku lagi. Sebagian memorinya tentangku menghilang. Aku tergugu menangis pilu. Betapa malangnya nasibmu, Sih..Bagaimana mungkin semua ini bisa terjadi ?

Asih adalah sahabat masa kecilku. Kami selalu belajar bersama, duduk sebangku di sekolah dan teman bermain bersama. Kala itu kami bersaing secara sehat di sekolah. Peringkat tiga besar di kelas selalu kami raih bersama. Kadang aku yang ranking satu, Asih menduduki ranking dua. Atau sebaliknya, kadang Asih yang ranking satu, aku yang ranking dua. Selalu begitu. Kami saling melengkapi. Tak ada persaingan diantara kami.

Kami saling membantu dan saling memberi kado dengan harga yang telah ditetapkan pada saat aku atau Asih yang berulang tahun. Aku ingat, harga yang ditetapkan untuk kado kami saat itu adalah seharga seribu lima ratus rupiah yang sebanding dengan sepuluh ribu rupiah di saat sekarang. Aku memberinya boneka kecil seharga itu pada saat Asih berulang tahun ke-12. Dia sangat bahagia menerimanya. Dan saat aku berulang tahun, dia memberiku pita rambut dengan harga yang sama aku berikan padanya. Betapa bahagianya aku saat itu.

Aku mengenal baik keluarga Asih, demikian juga Asih mengenal baik keluargaku. Secara bergantian aku atau Asih bermain ke rumah kami masing-masing. Asih anak pertama dan mempunyai 3 orang adik, dua perempuan dan satu laki-laki. Ayahnya seorang guru dan ibunya seorang penjahit. Kehidupannya sederhana di sebuah desa yang tidak jauh dari tempat tinggalku.

Kami berpisah sekolah ke jenjang berikutnya. Asih melanjutkan ke sekolah yang tergolong favorit di kota, sedangkan aku tetap melanjutkan ke sekolah yang tidak jauh dari rumahku. Kami tetap berkomunikasi melalui surat berperangko. Rajin sekali Asih berkirim surat dan aku pun rajin membalasnya. Dalam satu suratnya, Asih pernah bercerita kalau dia menyukai kakak kelasnya. Dan gayung bersambut, ternyata sang kakak kelas yang bernama Anto juga menyukai Asih. Akhirnya mereka merajut kasih sepasang remaja. Aku pernah dikenalkan dengan laki-laki pujaannya itu. Cukup tampan dan berpostur tinggi tegap. Pria idaman wanita. Mereka terlihat sangat bahagia dan aku cukup iri melihat kemesraan mereka. Kapan aku bisa seperti mereka ya ? Maklum, waktu itu aku belum punya tambatan hati.

Aku cukup terkejut, saat membaca surat Asih berikutnya. Dia berkeluh kesah tentang orang tuanya yang tidak setuju dengan kehadiran Anto. Anto dianggap tidak cukup layak mendampingi Asih yang cantik dan hatinya lembut itu. Aku sendiri tidak tahu pasti apa alasan sebenarnya, karena aku melihat Anto bukanlah tipe laki-laki berangasan. Dia cukup baik. Mungkin ayah atau ibu Asih punya pendapat sendiri yang tak terbantahkan. Masalah bibit, bobot, bebet yang dijunjung tinggi masyarakat Jawa barangkali. Aku tidak tahu dan tidak berhak untuk turut campur terlalu jauh.

Yang pasti, Asih cukup terpukul akan kenyataan itu. Asih dan Anto sempat menjalani backstreet, tapi pada akhirnya Anto menyerah dan lebih memilih meninggalkan Asih. Anto tidak cukup tahan akan penolakan keluarga Asih dan tidak berniat untuk memperjuangkan kekuatan cinta mereka. Asih semakin limbung, tidak menyangka cinta pertamanya kandas di tengah jalan. Asih yang lugu, yang sangat mengagungkan cinta harus menguatkan dirinya menghadapi kenyataan pahit ini.

Masih terekam jelas dalam ingatanku bagaimana berbinarnya Asih saat bercerita Anto telah mencium dan memeluknya. Begitu polosnya Asih bercerita tentang pengalaman pertamanya itu. Saat itu aku hanya mengingatkan untuk berhati-hati supaya tidak terlena dalam hubungan yang terlalu jauh.

Tak lama berselang, Asih menangis tersedu-sedu menyadari kenyataan Anto telah menemukan wanita lain sebagai pengganti dirinya. Sebagian dirinya belum rela jika Anto tega melakukan hal itu. Aku hanya bisa menghibur untuk tidak terlalu memikirkannya. Masih banyak laki-laki lain dan tidak dipungkiri Asih cukup banyak disukai laki-laki. Tapi hati Asih masih tertambat pada Anto cinta pertamanya. Yah..mungkin waktu mampu membantu Asih untuk sedikit demi sedikit melupakan Anto dan menggantinya dengan sosok lain yang lebih baik. Itu harapanku.

Setelah kejadian itu, frekuensi hubunganku dengan Asih mulai merenggang karena kesibukan kami masing-masing. Kami kembali bertemu saat sama-sama diterima di PTN kota Gudeg tercinta. Kami beda fakultas. Senang sekali kami bisa mewujudkan impian kuliah di kampus rakyat itu. Aku melihat Asih kembali menemukan keceriaannya. Bahkan aku iri dengan prestasi Asih yang mempunyai IPK hampir 4 ! Ck..ck..ck..aku mengaguminya. Asih memang pintar. IPK ku sendiri sedang-sedang sajalah..yang penting bisa buat cari beasiswa.

Aku berpikir, Asih sudah bisa melupakan Anto. Tapi ternyata aku salah, Asih masih berusaha untuk menghubungi Anto. Asih masih terobsesi untuk memiliki Anto, bahkan tidak peduli sekalipun Anto telah memiliki gadis lain. Apa yang terjadi denganmu, Sih ? Kabar terakhir yang kudengar, Asih bertengkar hebat dengan Anto yang tidak menginginkan Asih kembali menjadi bagian hidupnya. Dan yang lebih mengagetkan lagi, Asih depresi berat sampai harus minum obat penenang. Orang tuanya sangat khawatir dan tidak memperbolehkan aku menemui Asih dengan alasan Asih sedang tidur dan perlu beristirahat. Aku cukup kecewa, sebegitu parahkah, sampai aku sahabatnya tidak boleh menemuinya ?

Beberapa bulan kemudian, aku mendapatkan undangan pernikahan Asih dengan laki-laki pilihan orang tuanya. Ada apa lagi ini ? Asih belum selesai kuliah, kenapa cepat-cepat dinikahkan ? Bahkan dengan pria yang tidak dicintainya ? Kepalaku penuh dengan pertanyaan-pertanyaan tapi tidak berhasil menemukan jawaban karena tiba-tiba orang tua Asih menjadi bersikap tertutup denganku. Beda sekali dengan sikapnya yang dulu.

Aku menghadiri pernikahan Asih, dan aku sangat terkejut melihat Asih yang sangat pucat dan tatapan matanya kosong. Tampak sekali dia tidak bahagia dengan pernikahannya. Tapi kenapa harus dipaksakan ? Beberapa menit sebelum akad nikahnya, Asih masih sempat menyadari kehadiranku dan membalas senyumanku dengan begitu hambar. Tersirat ada duka yang dipendamnya. Dan pernikahan itu terjadilah, walaupun menyimpan misteri buatku.

Saat aku telah bekerja di luar kota, aku terkejut ketika ibuku menelepon dari rumah menceritakan bahwa ada Asih ke rumahku tanpa memakai alas kaki. Asih berjalan kaki cukup jauh dari rumahnya menuju rumahku. Kata ibuku, Asih tampak sangat lelah dan berusaha kabur dari rumah dan suaminya. Seharian Asih tidur di masjid sebelum ke rumahku, tanpa membawa bekal dan alas kaki. Dia membawa uang dua ratus ribu rupiah.

Kepada ibuku, Asih bercerita bahwa beban hidupnya sangat berat. Singkat cerita, saat Asih depresi dulu dan harus minum obat penenang, orang tuanya tidak sanggup lagi membayar dokter jiwa. Kemudian orang tuanya berinisiatif melalui pengobatan alternatif dengan harapan Asih bisa sembuh sepenuhnya dan bisa melanjutkan kembali kuliahnya yang terbengkalai.

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, Asih malah diperkosa oleh orang yang dipercaya bisa menyembuhkannya. Ya, Tuhan…aku sangat terkejut mendengarnya. Bagaimana mungkin ada laki-laki yang menyalahgunakan kepercayaan dengan memanfaatkan keadaan sehingga tega merenggut kehormatan gadis lemah tak berdaya dengan paksa hanya untuk memenuhi nafsu binatangnya ?

Aku mencoba merangkai peristiwa demi peristiwa yang menimpa Asih. Mungkinkah pernikahan yang terjadi antara Asih dengan laki-laki pilihan orang tuanya hanya kamuflase belaka untuk menutupi aib bahwa keperawanan Asih telah direnggut paksa oleh orang yang bejad moralnya ? Dan orang tua Asih memanfaatkan rasa suka Ais, laki-laki tetangga yang diam-diam memendam cinta kepada Asih dari sejak kecil hingga menawarkan Asih untuk dinikahi? Entahlah..

Yang pasti sejak dari hari pertama pernikahannya, Asih tidak pernah mau digauli oleh laki-laki yang telah resmi menikahinya. Jika malam menjelang, Asih berlari menuju kamar orang tuanya dan tidak mau tidur dengan suaminya. Asih tidak menyadari sepenuhnya apa arti pernikahannya. Mungkin harapan orang tuanya, Asih bisa sembuh secara perlahan dengan belajar mencintai laki-laki lain. Tapi yang terjadi Asih malah trauma dengan pemerkosaan yang pernah menimpanya dan mengangggap semua laki-laki sama bejadnya tak terkecuali Ais, suaminya.

Laki-laki mana yang betah diperlakukan seperti itu. Kabar terakhir yang kudengar, Ais menggugat cerai Asih dan resmilah Asih menjadi janda tanpa seorang anak. Dan yang lebih membuatku miris, Asih yang kutemui terakhir kali bukanlah Asih yang selama ini kukenal. Dia tidak lagi mengenalku dan dia terlalu sibuk meratapi kehidupannya yang sangat berat. Asih..apa yang bisa aku perbuat untuk membuatmu seperti dulu lagi ?

Friday, February 19, 2010

TIPS SUPAYA TIDAK DICULIK VIA FACEBOOK


Keberadaan facebook akhir-akhir ini memang sangat fenomenal. Kita terasa dimudahkan untuk menjalin kembali pertemanan dengan teman lama kita dari masa lalu dan menjalin pertemanan baru dengan orang yang baru dikenal via facebook. Tentunya rasa terima kasih kita ucapkan kepada Mark Zuckerberg selaku admin plus pencipta situs facebook.

Bagi sebagian orang, keberadaan facebook sangat menguntungkan karena bisa menemukan kembali jalinan silaturahmi dengan orang-orang yang pernah dekat beberapa tahun silam. Bernostalgia, reuni, bahkan membangkitkan kembali cinta lama yang telah berlalu menjadi kegiatan yang dijalani dengan adanya facebook. Mau disemikan lagi, silakan..atau dijadikan kenangan saja juga monggo. Asal perlu diingat, bagi yang sudah punya pasangan saat ini sebaiknya jangan terlibat dalam skandal cinta masa lalu. Yang lalu biarlah berlalu, cukup dikenang saja, apalagi kalau sekarang kita sudah punya pasangan dan anak. Bahaya !!!

Fungsi lainnya dari facebook adalah sebagai media promosi gratis usaha / bisnis kita. Lumayan to, dapat pelanggan dari teman sendiri. Sama-sama sudah tahu karakter masing-masing dan bisa saling menguntungkan dengan harga saudara misalnya. Kemungkinan terjadi penipuan relatif lebih kecil, walaupun ada juga teman yang tega menipu teman. Tapi mudah-mudahan jangan, ya !

Memang, menjalin pertemanan di internet itu gampang-gampang susah. Kadang kita berpikir positif, malah dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Seolah memanfaatkan kebaikan kita. Jadi, paling tidak kita harus pandai memilah-milah sendiri mana yang kira-kira baik dan bisa diajak berteman. Kita harus bisa membentengi diri dan waspada setiap saat dari bahaya yang mengancam (wuih..kayaknya serem ya..?)

Beberapa tips dibawah ini ( yang saya rangkum dari berbagai sumber ) mungkin cukup berguna supaya kita atau anak-anak kita tidak menjadi korban penculikan yang akhir-akhir ini marak terjadi :
  • Jangan mencantumkan alamat lengkap dan nomor telepon di info profil

  • Jangan meng-upload foto yang “mengundang” (sensual)

  • Jangan meng-confirm permintaan teman yang kira-kira mencurigakan, kita lihat apakah ada mutual friend atau tidak

  • Akan lebih aman jika kita setting foto-foto dan info tentang kita hanya bisa dilihat oleh teman-teman yang kita kenal saja

  • Jangan update status yang bisa menyinggung perasaan orang lain, misalnya marah-marah kepada seseorang, menyindir, menghina dan hal-hal lain yang menimbulkan perselisihan (hendaknya kesalahpahaman diselesaikan oleh kedua belah pihak yang bersangkutan, tidak perlu diekspose ke publik)

  • Jangan mudah percaya dengan ajakan yang aneh-aneh (diajak ketemu padahal kita belum mengenalnya secara jauh)

  • Jangan pamer harta / kekayaan karena bisa mengundang tamu tak diundang
Mungkin ini sebagian tips yang bisa mengurangi resiko dari hal-hal yang tidak kita inginkan. Mestinya facebook menjadi sarana untuk mempermudah social networking kita tapi jangan sampai terganggu oleh hal-hal di luar dugaan kita. Kalau kita siap menggunakan facebook, mestinya kita juga siap dengan segala resikonya. Tidak ada yang salah dengan facebook, dan facebook bukan kambing hitam dari segala penyalahgunaan yang ada. Dari pihak kita sebagai pengguna yang mestinya berhati-hati sendiri. Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi di luar sana.

Satu hal yang pasti, jangan pernah terlena dengan dunia maya. Namanya saja maya yang artinya semu, banyak hal yang indah-indah diumbar disini. Jangan heran jika pada kenyataannya, dunia maya tak seindah dunia nyata.

Tuesday, February 16, 2010

Wuih..Lezatnya Kacang Mbak Ikem


Pertama melihat bentuknya, aku tidak tertarik. Kotor sekali penuh dengan tanah dan bentuk kacangnya beda dari biasanya. Hitam dan kotor. Kacang tanah ini dibawa oleh Mbak Ikem hasil panen dari ladangnya.

“Belum sempat dicuci, Bu..,cuma sedikit..” kata Mbak Ikem malu-malu.
“Nggak papa, Mbak..makasih ya..,” kataku tanpa malu-malu. Hehe..

Mbak Ikem itu mbak yang mengasuh anakku Andro yang berumur 2 tahun 4 bulan, kalau aku lagi kerja. Belum lama mengasuh Andro, baru 2 bulan ini. Mbak Ikem penduduk desa tetangga dari desa tempatku tinggal di daerah Wonosari Yogyakarta.

Mbak Ikem datang menggantikan Mbak Inu, mbak yang duluan mengasuh Andro tapi terpaksa harus keluar karena dilarang suaminya bekerja. Padahal suami Mbak Inu sendiri pekerjaannya tidak tetap. Tapi tetap memaksa Mbak Inu untuk keluar dengan alasan harus menerima pendapatan suami yang apa adanya dan tinggal di rumah beres-beres. Ya sudah, aku tidak bisa memaksa. Padahal Andro sudah cukup lengket dengan Mbak Inu yang rajin bekerja dan cekatan mengasuh Andro.

Melihat Mbak Ikem, Andro tidak langsung lengket seperti kepada Mbak Inu. Mungkin karena belum kenal, pikirku. Tapi semakin hari kok Andro semakin tidak mau ditinggal malah semakin tergantung kepadaku. Ada apa ? Memang kuakui, Mbak Ikem ini jauh sekali dengan Mbak Inu yang cekatan dan trampil mengambil hati Andro yang langsung lengket begitu ketemu. Mungkin auranya mbak Ikem belum cocok sama Andro. Mbak Ikem terkesan kurang lincah dalam mengasuh Andro yang sangat aktif. Inisiatifnya juga kurang. Aku maklum karena pengetahuan orang berbeda-beda, asal diajari nanti lama-lama juga bisa pikirku.

Lama-lama Andro mulai terbiasa dan mulai akrab dengan Mbak Ikem. Waktu itu aku memberi deadline kalau sebulan Andro masih rewel diasuh Mbak Ikem, ya sudah..ganti orang saja. Ternyata tidak sampai satu bulan Mbak Ikem mulai bisa mengasuh Andro sehingga aku dan suami cukup lega.

Mbak Ikem bekerja di rumahku dari pagi hingga sore. Hari minggu libur. Maklum, mbak Ikem kan juga punya anak dan suami. Pastinya capek kalau bekerja setiap hari.

Kembali ke kacang, langsung kucuci kacang-kacang itu berkali-kali sampai tanah yang menempel hilang. Lumayan dapat kacang gratisan. Kurebus kacangnya, kubuka pelan-pelan..wah ternyata enak juga. Meskipun bentuknya tadi sangat tidak menarik, setelah dibersihkan dan direbus jadi makanan yang lezat sambil minum teh. Sepulang kerja suamiku tanya ada kacang darimana.

“Kacangnya Mbak Ikem..,” jawabku.

Suamiku ikut mencicipi dan nyeletuk,”Hm.. enak juga ya kacangnya Mbak Ikem..,” sambil melirikku. Kami tertawa.

Monday, February 15, 2010

EMPAT LAKI-LAKI DAN SATU PEREMPUAN


Laki-laki pertama berperawakan kekar, berkulit hitam dan berwajah ‘sangar’ kalau orang Jawa bilang. Gaya bicaranya keras dan pandai berbicara. Punya keahlian mengumpulkan massa, banyak orang yang tertarik jika sedang bercerita tentang sesuatu. Sebut saja namanya Aloy.

Laki-laki kedua bertubuh atletis, suka berolahraga dan mempunyai jiwa seni. Kegemarannya melukis, teater, menari dan menyanyi. Gaya hidupnya cuek, mengalir begitu saja. Namanya Tantyo.

Laki-laki ketiga bertubuh sedang, berwajah tampan dan tipe yang teratur. Pendiam dan cukup serius. Senang akan kerapian dan pola pikirnya rasional. Disiplin dan bekerja keras adalah kesehariannya. Nama laki-laki ini Pinur.

Laki-laki keempat berperawakan sedang, humoris dan supel. Kalau tertawa lepas sampai terbahak-bahak. Berjiwa sosial tinggi sehingga kadang-kadang kepentingan pribadinya diabaikan. Namanya Stef.

Satu perempuan yang dimaksud berwajah manis, suka berkhayal dan senang bertemu dengan banyak orang. Suka dengan hal yang praktis-praktis. Nama perempuan ini Judith.

Singkat kata, keempat laki-laki itu jatuh cinta kepada satu orang perempuan yang sama, Judith. Semuanya bersaing untuk mendapatkan hati Judith, sang pujaan hati.

Aloy, menarik perhatian Judith dengan keahliannya berbicara. Rayuan mautnya dia lancarkan, segala puja dan puji serta harapan yang indah-indah dia buaikan kepada Judith. Judith suka dengan orang yang pandai berbicara, tapi membenci orang yang suka membual. Dia menganggap Aloy hanya pandai membual. Ditolaknya Aloy tanpa basa-basi. Patah hatilah Aloy..

Tantyo, melukis wajah Judith dengan sangat indah. Dibuatkannya puisi untuk Judith, diciptakannya lagu khusus untuk Judith. Dan ada rencana Tantyo untuk membuat film tentang Judith. Maklum, seniman sarat dengan karya..Judith cukup terbuai dengan semua itu, tapi Judith masih belum sreg dengan Tantyo, entah kenapa..

Pinur, berbekal kesederhanaan dan kemandiriannya tidak menawarkan apa-apa. Tapi dia yakin, punya masa depan yang cerah. Diajaknya Judith untuk menata masa depan bersamanya. Judith masih pikir-pikir dulu, tawaran Pinur dipertimbangkan..

Stef, dengan keahliannya melucu mampu membuat Judith tertawa terbahak-bahak. Segala cerita yang menarik dan menghibur ada pada Stef. Judith suka dengan cara pandang Stef yang mampu menertawakan apa saja, bahkan dirinya sendiri ditertawakan. Tapi Judith sadar, tidak semua hal itu lucu. Ada kalanya kita tertawa, tapi ada kalanya kita harus serius. Itu yang tidak Stef punya. Kurang serius..

Judith bimbang akan menjatuhkan pilihannya kepada siapa. Judith mempertimbangkan tawaran Pinur, tapi menginginkan Pinur seorang yang lucu seperti Stef, ada jiwa seniman seperti Tantyo dan pandai bicara seperti Aloy. Judith tidak cukup puas dengan Pinur sekarang yang low profile. Apa adanya.

Pinur merasa keberatan dengan jawaban Judith. Dirinya merasa dibanding-bandingkan. Apalagi dibandingkan dengan ketiga rival-nya.

“Aku tidak menuntut apa-apa darimu, Judith. Aku seperti ini adanya. Aku bukanlah Aloy, Tantyo ataupun Stef. Aku Pinur, yang siap membahagiakanmu dengan keadaanku sekarang dan nanti. Aku bangga dengan diriku sendiri dan tidak ingin menjadi orang lain seperti keinginanmu..”

“Maksudku, kamu tidak harus menjadi Aloy, Tantyo ataupun Stef. Aku hanya ingin kamu sedikit pandai berbicara tidak terlalu pendiam, punya jiwa seni walau sedikit saja dan punya humor jangan terlalu serius seperti sekarang..”

“Tidak mudah untuk mengubah seseorang Judith, aku tidak pernah menuntutmu untuk berubah menjadi orang lain karena aku, aku mencintaimu tulus apa adanya. Segala kelebihan dan kekuranganmu aku bisa menerima, tapi jika kamu menuntut aku untuk menjadi seseorang yang sempurna dimatamu, aku tidak bisa..”

Dan Pinur pun pergi. Tinggallah Judith seorang diri..

Wednesday, February 10, 2010

Khayalanku

Ini hanya omong kosong belaka, buah dari imajinasi saya yang mulai overload di benak saya. Banyak keinginan, tapi saya sadar hal ini mustahil adanya. Karena saya bukan Tuhan.
Saya hanya ingin sedikit berbagi tentang pemikiran saya yang mungkin dianggap tidak masuk akal. Tapi, tak ada salahnya jika kita membiarkan imajinasi kita mengembara, lepas, tanpa ada batasan asal bisa dipertanggungjawabkan...

Bermula dari keprihatinan akan semakin maraknya free seks, pemerkosaan, perselingkuhan dan pemahaman akan seks yang mulai salah kaprah, saya sedikit prihatin. Apakah ada yang salah dengan semua ini ?
Tuhan telah menciptakan seks dengan begitu indah dan agungnya untuk sesuatu yang baik. Kenikmatan yang diperuntukkan bagi manusia yang sudah sewajarnya menikmatinya : suami dan istri. Hanya itu. Dilain itu, tak ada yang berhak untuk menikmatinya. Itu dasarnya.

Tapi seiring dengan pergeseran jaman, sebagian orang sudah menganggap bahwa kehilangan keperawanan sebelum menikah adalah sesuatu yang lumrah, mengikuti jaman yang semakin edan. Bahkan belum lama ini beredar video tentang hubungan intim seorang wanita berumur (ibu-ibu )dengan anak laki-laki berumur kurang lebih 2 tahun yang diajari cara-caranya. Gila, seumur anak saya ! What’s going on ?

Andaikata, cara membuat anak dibedakan rasanya dengan rasa seks untuk kenikmatan, mungkin tidak akan terjadi free sex, prostitusi, perkosaan dan perselingkuhan. 
Maksudnya begini, kalau saya Tuhan, akan saya buat suatu sistem dimana suami dan istri hanya bisa berhubungan badan dengan pasangannya sendiri. Alat vital suami hanya pas dengan alat vital istrinya sendiri. Masing-masing orang mempunyai bentuk kelamin yang berbeda-beda.
Misalnya, pasangan suami istri Andi dan Ani mempunyai bentuk alat vital seperti mur dan baut ukuran 12. Pasangan suami istri Dedi dan Indah mempunyai alat vital seperti botol dan tutupnya, demikian seterusnya tanpa ada yang sama. Ada banyak jenis bentuk dan ukuran yang hanya cocok dengan yang benar-benar jodohnya.

Saat sedang mencari pasangan untuk menikah, akan ada sinyal-sinyal tertentu yang akan menunjukkan apakah dia memang jodoh kita atau bukan. Jika jodoh, akan ada bunyi klik diiringi suatu chemistry yang luar biasa kuat diantara keduanya, dan otomatis akan ada kecocokan dengan alat vital masing-masing.
Sedangkan jika tidak cocok, akan ada bunyi “Tet tot…” ( ingat kuis Famili 100 ? ), dan saran untuk terus mencari sampai dapat. Dan ini hanya berlaku bagi yang sudah cukup umur untuk menikah.

Selain itu, akan dipisahkan suatu metode yang berbeda untuk membuat anak. Dalam alat vital kita ada semacam tombol untuk menunjukkan apa tujuan hubungan seks kita dengan pasangan. Jika hanya ingin bermesraan menuju kenikmatan bersama, cukup tekan tombol ‘mesra’ dan lakukan hubungan, maka akan tercapai klimaks kenikmatan. 
Jika ingin membuat anak, tinggal pencet tombol ‘baby’ dan terjadi proses membuat anak yang rasanya berbeda dari mesra. Rasanya tidak nikmat, malah ada rasa sakitnya, supaya suami yang jadi calon bapak bisa merasakan sakitnya istri saat melahirkan. Dan akan terlihat, jika memang ingin punya anak, harus berjuang untuk mendapatkannya sehingga tidak ada alasan untuk menelantarkan anak setelah lahir nantinya. Lha wong, bikinnya sakit je..mana tahan..? 
Jadi, bagi pasangan yang baru menikah tapi belum pengin punya momongan cukup tekan tombol ‘mesra’ terus sampai ada keinginan untuk punya anak dan siap menahan sakit. Tapi, hati-hati ya, jangan sampai salah pencet tombol. Penginnya mesra saja, malah sakit karena yang kepencet tombol ‘baby’. Kalau sebaliknya kan nggak masalah, pengin punya anak malah pencet tombol mesra ya dinikmati dulu, nanti tinggal pencet tombol satunya, hehe.. .

Saya merasa metode ini cukup efektif karena orang akan mensyukuri pasangannya masing-masing. Dan dijamin tidak akan ada perkosaan, prostitusi, free sex dan perselingkuhan, lha ‘onderdilnya’ nggak ada yang cocok kecuali sama pasangannya sendiri ? Dan lagi, tidak ada rekayasa untuk operasi ganti kelamin misalnya. Tidak, karena sebagai Tuhan saya tidak akan membuat manusia lebih pintar dari saya (ups..bercanda lho Tuhan, saya cuma menulis..)

Mungkin, ini sebagian imajinasi saya. Cocok untuk bahan obrolan saja, dan tidak ada maksud apapun dibalik semua ini. Just for fun aja..karena jelas tidak mungkin saya menjadi Tuhan, ya toh ?

Friday, February 05, 2010

KUMPUL KEBO


Bukannya latah atau ikut-ikutan, binatang satu ini memang cukup menarik menjadi bahan perbincangan. Apalagi reputasinya saat-saat ini rada ngangkat karena di-personifikasi-kan dengan kedudukan orang nomor satu di negeri ini. Opo tumon ? Apa yang membuat kerbau = kebo ( bahasa Jawa) menjadi ngetop akhir-akhir ini ?

Terus terang saja, akhir-akhir ini saya jarang menemui binatang bernama kerbau itu, walaupun saat ini saya tinggal di desa, tapi saya lebih sering menjumpai sapi atau kambing. Hanya istilahnya saja yang sering saya dengar, kumpul kebo.

Entah bagaimana awalnya, istilah kumpul kebo mempunyai konotasi negatif. Sepasang manusia berjenis kelamin pria dan wanita yang belum ada ikatan pernikahan sudah berani tinggal satu atap dan sudah tentu melakukan hubungan suami istri dikatakan sedang kumpul kebo. Kenapa bukan kumpul ular atau kumpul monyet, kebo dianggap sebagai binatang yang layak untuk mewakili keadaan itu. Kenapa ? Sampai saat ini saya belum tahu jawaban yang pas untuk pertanyaan itu. Ada yang tahu ?

Di kota-kota besar umumnya, hal ini sering terjadi. Tapi tidak menutup kemungkinan terjadi pula di kota kecil atau di desa. Hanya saja, masyarakat desa tak segan bertindak jika ada penyimpangan di daerahnya. Mereka akan beramai-ramai menghakimi bahkan tak segan mempermalukan pelaku dengan mengarak tanpa busana keliling desa misalnya.

Pelaku kumpul kebo di sebagian kota besar, ada yang terang-terangan mengakui namun ada pula yang sengaja main kucing-kucingan. Masih ingat artis Andi Soraya dan Steve Emanuel yang sekarang sudah berganti nama menjadi siapa itu, saya lupa..(terus terang saja, ada yang tahu ? Boleh tunjuk jari..hehe..) yang terang-terangan mengakui hubungan kumpul kebo mereka bahkan sampai melahirkan seorang anak di luar ikatan pernikahan yang sah pula. Walaupun pada akhirnya hubungan itu kandas di tengah jalan. Sebenarnya, apa yang mereka cari ? Hanya mereka yang tahu jawabannya.

Kembali ke kebo itu sendiri, binatang ini paling senang berkubang dalam air. Berendam cukup lama, membersihkan badannya atau sekedar menyegarkan badannya plus bermalas-malasan. Jalannya gontai, santai tanpa beban. Seolah hidup mengalir apa adanya, tanpa target yang jelas. Dan yang lebih parah, binatang ini diidentikkan dengan lambang kebodohan. Duh, malang betul nasibmu, Bo..!

Di luar negeri yang menganut kebebasan, kumpul kebo dianggap sebagai suatu hal yang lumrah. Bahkan jika ada yang sekedar mengingatkan atau turut campur, hal itu dianggap sebagai pelanggaran hak asasi manusia. Lain daerah, lain budaya. Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Sebagai masyarakat timur, kita masih berpegang teguh pada norma-norma dan agama. Semua itu mempunyai konsekuensi bagi masing-masing individu. Kita mau memilih yang mana, monggo mawon asal kita berani mempertanggung jawabkan perbuatan kita kepada Tuhan, agama dan masyarakat luas tentunya. Semuanya kan kembali ke pribadi masing-masing. Orang lain akan menilai kita dari apa yang kita perbuat.

Dan yang perlu diingat, kita hidup sebagai makhluk individu dan sosial. Alangkah baiknya jika kedua status itu bisa seimbang dalam pelaksanaannya. Jika keinginan individu kita dapat merugikan kehidupan sosial, mungkin akan lebih baik jika kita bisa menekan ego kita untuk kebaikan bersama. Contohnya begini. Misalnya saya, pengin kumpul kebo, sebagai individu yang ingin kenikmatan tentunya senang sekali bila itu bisa saya laksanakan. Tapi tunggu, saya punya agama, Tuhan pasti marah kalau saya melakukan ini karena dosa dan pasti masuk neraka ganjarannya. Selain itu, di sekitar saya banyak anak kecil, tentunya saya akan memberikan pelajaran yang buruk untuk perkembangan moral mereka jika saya tetap nekad melakukannya. Jadi ya, mendingan nikah saja deh untuk amannya.

Dan yang lebih aman lagi, jika kita betul-betul kumpul sama kebo saja. Memberdayakannya untuk membajak sawah, ikut berkubang, ikut santai, asal jangan sampai membuatnya marah, bisa-bisa malah diseruduk nanti. Salam sukses, semoga bermanfaat.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...